Rabu, 16 Mei 2012

Pengen Jadi Orang Kaya? Mending Pikir Lagi

Dua hari yang lalu  saya menyaksikan acara hitam putih di televisi, di hari itu Doddy Corbuzier mewawancarai publik figur yang mengoleksi barang-barang mewah. Seperti Ki Joko Bodo yang memiliki 29 mobil mewah dan Angel Lelga yang mengoleksi puluhan tas, dan yang paling mahal harganya bisa mencapai 800 juta. Saya takjub dengan segala koleksi yang mereka miliki, tapi sedikit ada perasaan yang terbersit : seseorang yang terlalu memperkaya diri sendiri sama dengan memiskinkan orang banyak.


 Ini hanya sekadar hasil intuisi, bukan pembenaran atau penyalahan karena tulisan ini bukan dibuat untuk menyalahkan ataupun menjudge seseorang. Fenomena koleksi barang mewah sudah terjadi sejak lama. Namun, menurut saya, inilah hasil dari sistem ekonomi kapitalisme yang dijalankan dan sampai saat ini masih diagung-agungkan oleh banyak orang. Sistem ini sangat mengakomodasi kepentingan individu demi kepuasan setinggi-tingginya. Dengan kata lain, manusia diperbolehkan memuaskan dirinya (hampir) dengan cara apapun.


Teori ekonomi Kapitalisme  berdasarkan pada banyak sekali asumsi yang didasarkan pada asumsi lain untuk mencapai suatu keseimbangan yang bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat dalam ekonomi. Pada kenyatannya, yang memiliki modal yang paling banyaklah yang bisa “bicara” dan kaum papa tidak bisa melakukan apa-apa.
Sebenarnya ada alternatif solusi dari masalah ketimpangan ini, salah satu solusinya adalah penerapan pajak yang besar yang dipungut dari orang-orang kaya yang diwujudkan dalam pelayanan masyarakat dan penyediaan fasilitas umum. Namun, lagi-lagi fakta di lapangan menunjukkan petugas pajak yang mengkorupsi dana hasil pajak demi kepentingan pribadi. Equilibrium yang dituhankan lagi-lagi tidak terwujud akibar perilaku manusia yang kesetanan.



Sebagai manusia, sangat manusiawi untuk menjadi orang kaya, orang sukses, memiliki jabatan tinggi dan segala status. Wajar juga jika kita bisa mengumpulkan barang-barang yang menjadi kesukaan kita, menurut saya kita sebagai manusia harus lebih memikirkan orang lain juga dan tidak semata-mata memikirkan keinginan diri kita sendiri. Lagipula jika kita menjadi orang paling kaya di Indonesia lalu masih ada puluhan juta orang yang tunawisma, ini sama saja seperti ‘merampok’ mereka. Mereka yang seharusnya hidup layak harus menghadapi nasib yang tidak sejalan dengan keinginan mereka dan ini tugas kita untuk mengontrol diri kita agar eqality ini sedikit demi sedikit tercapai.

Semoga



Tidak ada komentar: